Sex Dengan Teman Kantorku




Agen Judi Bola Online - Jomblo mungkin sudah Antonakdirkan kepadaku, sifatku yang tak begitu mudah megenal orng dan bertema itu membuatku tidak mempunyai teman. 
Aku hanya mempunya beberapa teman akrab saja yang aku merasa nyama untuk dekat dengannya. 


Sebut saja namak Anton, umurku saat ini 29 tahun, aku masih lajang karena aku masih fkus untuk mengejar kenaikan jabatanku di kantor tempat aku bekerja. 
Saat ini aku bekerja disebuah perusahaan besar yang begerak di bidang kontraktor. Disitu aku Antonempatkan dalam posisi sebagai perancang bangunan, karena dulu aku lulusan teknik sipil. 


Dikantor aku mempunyai seorangeman wanita dia bernama Tiara, orangya sangat cantik, kulitnya sangat putih sekali seperti keturnan chines tapi dia asli keturunan orang jawa. 
Tubuhnya pun sangat istimewa dibanding dengan karyawan-karyawan wanita lainynya. 

Tapi saat itu yang aku pikirkan adalah Tiara ini orangnya sangat enak untuk diajak ngobrol, setiap obrolan kita pasti selalu nyambung, itu yang membuatku nyaman untuk brteman dengan Tiara. Tapi sayangnya dia suda memiliki suami dan sudah memiliki dua orang anak


Berbulan-bulan aku sekantor sama Tiara, semakin hari perasaanku semakin terasa berbeda sama Tiara, tapi aku tidak mungkin merusak keakrabpan kita dengan menyatakan perasaanku. 


Sehingga selama ini aku hanya memendam perasaanku saja, meski setiap hari aku selalu meperhatikannya. Aku hanya bisa memanfaatkan waktu dikantor saja dengan selalu mengajaknya makan berdua setiap kali istirahat kantor. 

Disela-sela istirahat makan siang, aku selalu mengabil celah untuk menggodanya. Dan yang tak kusangka dia pun menerima godaanku yang semakin hari semakin menjurus. Aku hanya berharap suatu hari Tiara mengerti perasaanku denan godaanku setiap hari, walau tak mungkin karena Tiara sudah mempunyai suami.



Kurang lebih hampir satu setengah tahun aku bekerja diperusahaan itu. 
Dan aku pu mendapatkan apa yang menjadi keingianku yaitu aku mendapatkan kenaikan jabatan. Aku sangat senang sekali karena satu keinginanku sudah terpenuhi, kurang satu lagi yaitu aku harus bisa mendapatkan Tiara meski hanya sebagai simpanannya saja pun aku sudah terima. Ucapan selamat pun berdatangan dari teman-temanku. 


Tiara pun juga sebagai teman yang palig dekat denganku tak lupa mengucapkan selamat denganku. akupun lalu mengajaknya untuk makan malam, sekaligus untuk merayakan kenaikan jabatanku itu. 


Bergegaslah aku dan Tiara menuju ke sebuah restoran. Saat menuruni tangga aku berada dibawahnya, aku lihat sesuatu barang Tiara terjatuh, kemudian dia merunduk untuk mengambilnya. Dan saat Tiara menunduk, terlihatlah jelas dua bongkahan payudara Tiara. Sungguh tak kusangka payudara Tiara sungguh besar dan ketat, berukuran sekitar 36B. terlihat juga pahanya yang sangat putih dan mulus itu, terselib sesuatu yang berada Antonengah-tengah paha Tiara yang berwarna hitam itu, sungguh sangat menambah erotis pemandangan waktu itu.


Dan setelah sejenak pemandangan erotis itu, akhirnya Tiara pun menegurku.


“Woooeeeyy…kamu kenapa bengong gitu, kamu lihat apa Anton??” Tanya Tiara


“Engg…Enggak lihat apa-apa kok, 


"'ayoklah keburu lapar niii” jawabku denga sedkit mengalihkan pembicaraan


"Why not. Aku juga lapar berat nih!" Jawabku sekenanya.


Akhirnya kami pun pergi ke Tiaraah satu restoran all you can eat di sekitar pondok indah dengan mengendarai mobil masing-masing. Sesampainya di restoran kami memilih tempat di ujung ruangan agar sedikit terhindar dari keramaian. Aku agak gugup karena belum pernah pergi berdua untuk makan malam bersama dengan wanita yang sudah bersuami. Tiara pun kelihatannya demikian. 


Namun ketegangan itu sepertinya membuat kami lebih excited. Sambil menikmati hidangan yang ada kami pun mulai bercakap-cakap hal-hal yang ringan. Dari pembicaraan itulah aku mulai tertarik padanya.



Ternyata Tiara seorang yang enak sekali diajak bicara. Kalimat-kalimatnya cerdas dan wawasannya pun cukup luas. Aku senang sekali malam itu karena akhirnya bisa menemukan seorang yang enak diajak ngobrol. Sambil terus berbicara sekali-sekali pandanganku tertuju ke arah lipatannya payudaranya. 

Rupanya kancing kemejanya bagian atas sengaja ia buka entah dengan maksud apa. Perbincangan kami terus berlanjut hingga tanpa terasa restoran tersebut sudah hampir tutup. Waktu itu jam menunjukkan pukul 21.45. 

Setelah membayar bill aku antar Tiara ke tempat parkirnya. Untuk menghormatinya aku membukakan pintu mobil untuknya. Karena spannya cukup pendek, sekali lagi aku mendapat kesempatan melihat sekilas Celana Dalam terangnya ketika dia hendak duduk di belakang kemudi. Darah mudaku mendesir cukup kencang.


Sejak malam itu pertemuan kami untuk makan malam sering berlanjut. Kelihatannya iapun menyukai cara bicaraku. Kadang kami pergi ke pizza hut atau cafe di kemang, pokoknya tempat-tempat yang romantis.



"Baca Juga : Desahan nafsu Mertuaku




"Kamu ternyata enak ya orangnya untuk diajak ngobrol. Dan terlihat sekali wawasan kamu luas. Pasti deh waktu kamu study di luar sana banyak cewek yang jadi teman kencan kamu," pertanyaannya mulai memancing ke maTiaraah pribadi.


"Ya cukuplah kira-kira ada tiga yang cukup dekat," jawabku, 

"Kamu sendiri gimana, banyak juga dong cowok yang kamu undang makan malam kalau lagi perlu teman ngobrol," pancingku.

"Ah nggak sih. Kamu yang kedua sejak aku married. Cuma dengan yang sebelum kamu nggak lama paling dua kali keluar. Habis obrolannya nggak nyambung."

Sampai suatu saat sepulang dari cafe di kemang suasana diluar begitu romantis. Hujan rintik-rintik. Di depan kami ada sebuah mobil kijang yang berjalan cukup lambat.

"Penumpang mobil kijang di depan kita pasti lagi pacaran," kataku membuka pembicaraan di mobil.


"Darimana kamu tahu?" Tanyanya.


"Lihat saja jalannya pelan sekali. Kata orang kalau di Jakarta nyetir mobil pelan-pelan kalau pengemudinya belum mahir pasti deh mereka lagi pacaran," jawabku.


"Lalu ngapain kita ngikutin dia?"


"Kan kita juga lagi pacaran," jawabku hampir tak terdengar.

Terus terang aku masih takut untuk mengutarakan isi hatiku kepadanya karena mengingat dia adalah sekretaris boss yang cukup judes. Tetapi sepertinya itu justru membuatku lebih tertantang. Tiara pun kelihatannya terkejut. Itu terlihat dari cara pandangnya.



"Sebetulnya sejak pertama kali aku ngobrol sama kamu aku sudah sangat tertarik sama kamu. Cuma karena kamu sudah bersuami dan kamu juga sekretaris boss aku jadi agak keder juga," kataku.


"Aku juga sih. Cuma memang itulah aku belum pernah melakukan hal ini sebelumnya jadi aku grogi."


Lama kami terdiam terhanyut ke dalam pikiran masing-masing. Akhirnya aku mengajak dia untuk nonton film karena masih ada cukup waktu. Tiara hanya mengangguk. Di dalam bioskop kami mencari tempat agak ke tengah. Sampai sekarang pun aku lupa, sungguh tidak ingat lagi film apa yang kami tonton. 


Karena tujuan kami hanyalah untuk mendekatkan diri masing-masing yang sudah mulai terbawa desiran emosi. Tidak lama setelah filmnya diputar aku pegang tangan kirinya. Aku belai hingga ke bagian siku. Bulu-bulu tipis kurasakan menambah gairahku. Kemudian aku masukkan jari telunjuknya ke mulutku. Aku permainkan dengan lidahku.



Dia mulai terbawa, itu bisa aku rasakan dari desahan nafasnya yang semakin kencang. Duduknya pun mulai tidak tenang. Sekali-sekali aku letakkan tangan kananku di antara paha kiri bagian dalam untuk merasakan kehangatan disitu. Kelihatan sekali Tiara menyukai permainan lidahku terhadap jari-jarinya. Ketika tangan kanan semakin naik untuk mencari kehangatan yang lebih di dalam ke pangkal paha, ia menolaknya.


"Jangan Anton. Aku belum pernah melakukannya di bioskop," tolaknya.


"Aku juga belum kok cuma aku jadi sangat bergairah terhadap kamu. Kalau begitu kita keluar aja yuk. Pulang," pintaku.


 Akhirnya kami keluar sebelum filmnya berakhir. Di tengah perjalanan dia protes.

"Kamu kok kurang ajar sih tadi. Berani-beraninya mempermainkan jariku."


"Maapin deh. Tapi kamu suka kan? Buktinya tadi di dalam diam saja."



Karena aku yang nebeng mobil dia maka Tiara yang mengantarkan aku pulang. Sebelum aku turun ia minta ijin kepadaku untuk ke toilet sekaligus minta segelas teh hangat. Aku persilahkan dia duduk di ruang tamu sementara aku menyediakan teh hangat untuknya. Kami melanjutkan obrolan kami tanpa topik tertentu. Waktu sudah menunjukan pukul setengah sebelas.


"Sudah malam loh, kamu nggak dicariin?" Aku mulai agak khawatir karena sudah cukup larut untuk seorang cewek yang nyetir sendiri di malam hari.


"Nggak apa-apa. Lagian aku ingin ngobrol sama kamu. Asyik siih,"


Wah rupanya dia mulai memberi tanda bahwa aku boleh melakukan apa yang sedang aku pikirkan. Memang aku sudah lama memikirkan untuk bercumbu dengannya. 


"Kalau begitu pindah dong duduknya disini sebelahku?"

Aku menggeserkan posisi dudukku menyediakan tempat untuknya. Segera saja dia pindah ke sebelahku. Tanpa pikir panjang aku langsung peluk dia dan menciumnya. 

Dia membalas ciumanku dengan bernafsu. Kami memainkan lidah kami cukup lama. 

Wow luar biasa ternyata dia sangat lihay mempermainkan lidahnya. Penisku sudah mulai mengembang dan mengeras. Terdesak di dalam celanaku yang agak ketat. Tanganku mulai menjelajah ke bawah bajunya dan mengarah ke buah dadanya yang cukup besar. Tiara terlihat jelas menikmati permainanku.

"Aaaahh.. Enak sekali Anton. Sudah lama au merindukan saat seperti ini. Aku sangat terangsang"

Aku buka satu per satu kancing bajunya dan mulailah terlihat Bra’nya yang licin dari bahan nylon berwarna hitam. Gila seksi sekali. Aku juga sangat terangsang. 


Aku angkat BHny dan mulai mengulum pentil payudaranya. "Aahh.. Terus Anton. Aku basah sekali," dia terus mendesah sambil berusaha membuka resluiting celanaku. Setelah berhasil terbuka dia keluarkan penisku yang telah kencang mengeras dan mulai mengocoknya. Ujung penisku sudah mulai basah kuyup oleh cairan semen.


Nggak kalah gesitnya aku juga mulai mempermainkan lidahku turun ke bagian perutnya yang masih ketat meskipun sudah beranak dua. Aku jilati pusarnya dan dia semakin bernafsu. Aku angkat span pendeknya dan terus mulai menjilati celana dalamnya yang sudah basah kuyup. Sungguh aku belum pernah merasakan gairah sedemikian dahsyat dengan wanita yang sudah berkeluarga. Aku turunkan celananya dan lidahku mencari-cari kelentitnya yang merupakan bagian tersensitif.

"Gila Anton.. Aku sudah nggak tahan Anton. Terus isap Anton.. Aahh, my God..," Tiara terus mendesah sambil terus mengocok penisku.


"Masukin aja Anton Aku sudah mau keluar nih," pintanya.

Aku juga sudah nggak tahan lagi. Aku masukan penisku ke dalam vaginanya yang memerah karena rangsanganku. Bless.. Aku dorong penisku semakin dalam. Keluar.. Masuk.. Keluar.. Masuk.

"Ooouuhh Anton.. Enak sekali.. Punyamu lebih besar dari punya suamiku.. Aahh.. Lebih cepat Anton.. Aku mau orgasme". Aku pompa semakin cepat dan mulai terasa dorongan sperma yang hendak muncrat.


"Aku juga Tiara.. Kita keluar bareng yah.. Auhh.. Gila.. Gila. 


AKu keluar Tiara" “Croooot.. Croooot.. Croooot..” Aku tumpahkan spermaku di dalam vaginanya. Sambil meremas kedua payudaranya. Bersamaan dengan itu aku juga rasakan pelukan dia yang semakin kencang.

"Aku juga Anton.. Aaahh," dia berteriak cukup keras.



Aku khawatir terdengar oleh tetangga. Tapi bodoh amat sudah. Tiara menggelinjang menikmati orgasmenya. Mukanya menegang menikmati ketegangan di daerah pangkal pahanya. Beberapa menit kami berdiam diri merasakan kenikmatan yang luar biasa.



"Anton.. Aku tidak pernah merasakan orgasme dengan suamiku Anton. 

Sungguh ini yang pertama kali aku merasakan orgasme sejak aku menikah. Terima kasih kamu luar biasa hebat," Tiara memujiku karena kelihatannya sangat puas.

"Aku juga sudah lama nggak make love Tiara. Kamu juga luar biasa. Biasanya aku cuma masturbasi saja. Habis nggak ada partner sih. Gimana kalau kita lanjut besok-besok," aku menawarkan diri.


"kenapa tidak, itu juga yang aku pikirkan," jawabnya bersemangat.



Sejak itu hampir tiga kali seminggu kami berkencan. Biasanya sepulang kantor. Lokasinya bervariasi. Kadang di rumahku karena kebetulan aku tinggal sendiri waktu itu. Kadang kita ke transit hotel atau bahkan pernah sekali-sekali di dalam mobil. Ini juga suatu pengalaman yang sangat menantang.








Komentar