Sex Godaan Istri Sebelah Rumah





Agen Judi Bola Online -Aldi adalah namaku, biasa di panggil ya aldi. 
Aku bekerja disalah satu perusahaan besar, diperusahaan itu aku menjabat sebagai juru bicara manajer. 
Dengan kesibukanku bekerja aku tak lupa selalu berhubungan sex setiap saat dengan istriku. 
usiaku sekarang sudah 38 tahun tapi sampai sekarang aku masih belum mempunyai anak. Padahal dalam hal sex aku dan istriku tak pernah kekurangan. 

Kita selalu melakukan hubungan sex dimana saja dan kapan saja. Mulai dari saat aku mau berangkat kerja, sampai saat istirahat kerjapun aku pulang hanya untuk ngesex dengan istriku. Tapi apalah daya, emang belum dikasih anak mau gimana lagi. Aku termasuk laki-laki yang gak ganteng, tapi aku beruntung memiliki istri yang cantik bahkan bisa dibilang cantik diantara kalngan komplek tempat aku tinggal. Sehingga menimbulkan banyak tetangga lelaki sering menggoda istriku.



Ooohhh ya lupa aku memperkenalkan istriku, namanya Anisa, 

dia sekarang baru berusia 33 tahun tapi tubuhnya masih sangat seksi. Diantarany yaitu yang membuat aku sering nambah-nambah lagi dalam hubungan sex. 
Anisa memiliki tinggi sekitar 167cm, dengan berat badan sekitar 57kg angat ideal, ditambah lagi dengan buah dadanya yang sangat besar berukuran 36B dan pantatnya yang sangat runcing kebelakang membuat birahiku dan pasti birahi semua laki-laki yang melihatnya pasti akan nafsu



Kejadian gilaku ini saat aku mempunyai tetangga baru. Padahal sebelum-sebelumnya aku tidak pernah mempunyai pikiran untuk pergi ke tempat lokalisasi untuk membuat sensasi sex ku karena aku termasuk laki-laki yang mempunyai gairah sex lebih. 

Tetapi entah kenapa tiba-tiba pikiran buruk ku ini keluar. Entah bagaimana awalnya keluargaku sangat akrab dengan tetangga baruku itu. Yang suaminya sangat baik sekali, orangnya ramah dan pemurah senyum. Tapi yang membuat pikiran buruku keluar itu adalah istrinya yang sangat cantik. Selain cantik istrinya juga sangat masih muda sekali, tubuhnya sangat aduhaii sekali, payudarnya yang ketat dan kencang meskipun tak sebesar payudara istriku tapi kelihatan istri tetanggaku ini lebih menantang. 

yang gak kalah juga, aduuuhai sekali pantatnya, bulat, ketat, dan menonjol kebelakang membuat pikiranku semakin tak karuan. Aku dan istriku memanggilnya mas Widi dan mbak Talita




Untuk selanjutnya seiring berjalannya waktu kita bertetangga, kita semkin akrab, malah sudah seperti saudara. Kita sering ngobrol bersama diteras rumahku, kadang juga didalam rumahku begitu juga sebaliknya. Sampai suatu malam saat kita habis ngobrol dan ngopi diteras Widi tiba-tiba Widi mengajakku masuk kedalam rumahnya untuk nonton DVD porno yang baru dia beli dari sebuah toko tadi siang. 


Masuklah aku dan Widi, dinyalakannya DVD tersebut.
Ditengah-tengah kita menonton DVD porno tersebut aku berkata 

 “waah gak enak niih gus, masak kita nonton berdua saja, nanti kalau ada yang tau kita bisa dibilang homo” kataku.

 “Kalau mas Aldi merasa gak enak nonton berdua sama aku, mbak Anisa juga boleh diajak nonton sekalian kok”.. jawab Widi. 

Sejenak aku tersinggung dengan perkataan Widi
 “Maksud kamu gimana kok nyampe istriku segala, kamu mau sama istriku” tegasku.
 “bukan begitu maksudku mas tapi begini, kalo ada mbak Anisa kan mas Aldi bisa mempraktek kan langsung, disini juga gak papa kok mas” jawab Widi. 

Tapi sejenak aku berfikir, benar juga dan apa salahnya aku mencoba mengajak istriku dulu, siapa tau mau. Setelah itu aku langsung bergegas pulang untuk mengajak istriku yang dari tadi dirumah sendirian. Tapi istriku menolaknya. Setelah penolakan dari istriku aku tidak kembali lagi kerumah Widi dan akupun langsung tidur.




Keesokan harinya aku berniat untuk mengajak Widi berangkat kerja bareng karena kantor kita searah. 

Tapi tidak kutemukan Widi karena Widi sudah lebih duluan berangkat kerja. Aku melihat istrinya yang seksi dan cantik itu didepan rumah minum teh sambil membaca Koran. Dan diberhentikanlah aku, 
dan aku ditanya soal kejadian semalam 

“kenapa tadi malem gak kembali kesini mas” Tanya Talita.

 “istriku tidak mau aku ajak kesini mbak, jadi aku putuskan gak kembali mbak kasihan sama istriku karena dia dirumah sendiri” .. jawabku.





Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. 
Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Anisa tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila.




Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Anisa kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. 


Anisa langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan. 

“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas. 

Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Anisa. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, 

“Kok Mas tiba- tiba nafsu banget sih..?”

 Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Talita lah yang menaikkan tensiku pagi ini.



Sorenya Widi datang ke rumahku, 


 “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa- basi.

 “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran. “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Anisa bergulat setelah ngobrol dengannya.
nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. 
Widi langsung menambahkan, 

“Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu. 

“Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Widi langsung melanjutkan, 

 ”Loh, aku heran, dari mana Talita 
“Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?” 

“Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran. 

“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”

 “Pesta apaan..? Gila kamu.




“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?” 


Malamnya, menjelang pukul 21.00, Widi bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex.
Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Widi dari rumahnya.

Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Widi juga menarik isterinya dan mencium bibirnya. Aku semakin terangsang, Anisa juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Anisa sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya




Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku. Kuperhatikan Widi perlahan-lahan mendudukkan Talita di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. 


Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Talita juga tinggal hanya mengenakan Bra dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Widi membuka Bra Talita, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka. 

“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku. Seolah-olah Widi mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah- olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Widi.


Kemudian kudekati Talita yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. 
Sementara Widi kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Anisa yang biasanya aku lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Talita. Ku elus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. 

Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Talita ini. 

“Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Talita seolah sudah siap untuk melakukannya.


Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Talita yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. 

Seperti ingin melahapnya saja. Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam. “Sshh.., akh..!” Talita menggelinjang nikmat. Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Talita mendesis. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Talita, kuhisap bagian putingnya, tubuh Talita bergetar panas.



Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Talita sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Talita memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Widi dan isteriku seperti membentuk angka 69. 

Anisa ada di bawah sambil mengulum kemaluan Widi, sementara Widi menjilati kemaluan Anisa. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Talita




Dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. 

Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Talita terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya. Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Talita. Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu. 





Talita mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”


Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. 

Tanganku sekarang sudah meremas payudara Talita dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Talita pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Talita nyaris tidak dapat bernapas.




Kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Talita berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah- olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Widi dan isteriku tidak kuperhatikan lagi.


Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Talita. Luar biasa kemaluan Talita ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding- dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Talita merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah. 


Talita sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Talita juga semakin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Talita dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. 

Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Talita melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali.





Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Talita membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Talita pun menikmati gaya ini. Buah dada Talita bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Talita sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. 

Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Talita semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya




Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Talita ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Talita telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Talita menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Talita. 


Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Talita semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Talita memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi.


Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Talita menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Talita menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Talita berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. 

Di atas sofa Widi dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Anisa tersenyum puas. Sementara Talita tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Talita




Kulihat Talita tidak memperdulikannya. Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Talita. Talita tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. 


Anisa juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Widi dan Talita sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Talita berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja…



Komentar