Nikmatnya Ngentot Mamah Temanku








  Aku dan keluargaku tinggal disuatu apartemen. Aku memiliki 2 orang anak. Yang pertama namanya Wahyu dia berumur 20 tahun dan yang adiknya baru berumur 10 tahun. Aku sendiri berumur 40 tahun tapi penampilanku sangat menarik (kata suamiku). Aku selalu memlakukan perawatan tubuhku sehingga aku masih kelihatan muda meskipun umurku sudah tua.


Banyak teman-teman Wahyu sering maen keapartemen bahkan sering kali menginap untuk tidur, biasa lah anak muda pikirku. Tapi ada satu yang sangat dekat denganku yaitu namanya Ivan. Emang Ivan ini sudah berteman dengan Wahyu sudah lama banget. Mereka berteman sejak SMP. Sejak itupun Ivan sudah sering maen keapartemenku sampai sekarang meraka sudah beranjak dewasa.


Ivan ini mempunyai tubuh yang atletis dengan umur yang baru sekian. Ivan memiliki tinggi sekitar 173cm, rambutnya pendek dengan face wajah yang sangat imut. Kadang-kadang terlintas dalam benakku yang aneh-aneh tentang Ivan. Aku juga kenal baik sama mamah Ivan karena kita satu apartemen. Walau Wahyu sedang keluar Ivan masih sering maen kerumah dengan alasan mencari teman karena kedua orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ivan ini orangnya sangat sopan sekali. Dia selalu ramah saat ngobrol denganku.


Suatu hari saat Wahyu sedang tidak dirumah, tiba-tiba Ivan maen, dan dia meminta izin untuk tiduran dikamar Wahyu. Saat Ivan sedang dikamar Wahyu aku lihat dia sedang memperhatikanku. Aku sih oke oke saja kalau Ivan memperhatikanku, Walau awalnya aku merasa curiga saat dengan pandangan Ivan. Saat aku melihat Ivan, lalu Ivan pura-pura melihat yang lain seolah dia tidak sedang memperhatikanku.


Akhirnya Aku sadar bahwa Ivan memperhatikan Aku bukan hanya sebagai ibu temannya tapi juga Aku sebagai perempuan dewasa. Itu Aku ngerti setelah Aku merasa sekali diintip waktu mandi dan kebetulan Aku menyaksikan dia onani di rumah Aku. 


Rupanya dia obsesi perempuan dewasa, dan kebetulan Akulah orangnya, idealnya dia. Hairan juga, karena Aku kan selalu sopan di depan dia walau di rumah, di depan dia Aku selalu pakai pakaian yang tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kayak bintang filem juga nggak, biasa saja, hanya kulitku putih bersih maklum ketutup terus.


Tapi kejadian itu memang menggugah insting kewanitaan Aku. Biar gimana Aku wanita normal yang senang juga kan kalau dikagumi, apalagi sama abg ganteng dan sopan. Kemudian pengaruh baca ds, dan kejadian Aku dipijat refleksi sama teman, dan dipijat refleksi sama bapak-bapak di rumah teman, semuanya memang ada pengaruh. Maklumlah normal. Bukan berarti Aku mau masuk ranjang sama lelaki lain, belum lah kalau itu.



Ivan masih biasa datang ketemu Wahyu anak Aku dan tentunya ketemu Aku juga, sok ramah dan ngobrol sama Aku. Karena Aku udah tahu rahasia perasaan dia, Aku kalau ngobrol sama dia agak merasa lain gitu, sedikit kagok dan ada debar sedikit. Tapi Aku tidak melakukan apa-apa cuma menikmati perasaan itu aja, dan tidak bertindak lebih lanjut.


Suatu sore hari Aku rada pusing dan groggy karena baru baca internet dan ada cerita yang erotik. Kebetulan itu cerita lama yang Aku ketemu lagi di internet dan baca lagi. Sebagai perempuan normal, Aku cukup hangat juga rasanya. 


Tau-tau telpon berdering dan ternyata Ivan, dia mau datang memulangkan buku pelajaran SMA Wahyu. Aku kasih tau Wahyu lagi ke luar, tapi dia tetap akan datang juga. Mungkin karena otak Aku lagi tidak normal, dan ada rasa horny, Aku senang juga Ivan mau datang. Peristiwa dia onani membayang lagi di kepala Aku. Aku jadi merancang mau main-main dengan dia, tidak terlalu jauh tapi iseng gitu.

Aku ganti baju dulu, tetap baju yang sopan sih, tertutup dari kepala dan hingga kaki gitu. Tapi baju yang dipakai adalah baju panjang, semacam baju gamis terbuat dari bahan kaos dan berwarna putih, dan berkancing di depan banyak banget. Kancingnya sampai kira-kira sedikit di bawah lutut. 


Baca Juga : Ibu Kost yang Kesepian


Aku pakai BH seperti biasa, dan enah kenapa, Aku pilih pakai celana dalam putih sutra satu-satunya yang Aku punya. G-string ini Aku jarang banget make, mungkin karena lagi kurang waras otak, Aku jadi milih g-string. Biasanya Aku pakai baju dalam lagi, tapi kali ini tidak. Wah rasa seksi sekali karena bajunya bahan kaus jadi rada keliatan gitu lekuknya.

Nggak lama Ivan datang, meletakkan buku di meja dan kita nontoh televisi sama-sama deh, apa lagi?. Aku duduk di sofa dan dia duduk di kursi di sebelah Aku. Entah kenapa Aku rada horni. Dan kata Ivan, muka Aku tampak pucat. 


Aku bilang saja Aku kurang sehat dan rada pusing. Seperti biasa kalau lagi ngobrol sama Aku, Ivan rada salah tingkah dan selalu melirik dan memperhatikan Aku secara sembunyi-sembunyi. Supaya dia lebih dek-dekan kadang-kadang Aku rubah posisi kaki, jadi silang, jadi lurus. Dan Aku feeling dia selalu mengikuti gerakan itu. Walau berbaju gamis panjang, tetapi kaki Aku terbuka hingga betis karena bagian bawahnya tersingkap kalau Aku menyilang kaki.

Dari tempat duduk Ivan, dia mesti bisa lihat betis Aku dengan jelas. Jarak dia hanya 2 meter saja dari Aku. Karena pernah memergoki Ivan onani dengan memanggil dan menyebut nama Aku, Aku yakin dia mesti sering membayangkan Aku malam-malam sebelum tidur. Melihat betis Aku pasti membuat dia deg-degan. 


Ah, Aku menikmati kenakalan Aku. Supaya lebih seru lagi, sambil ceritanya nonton memandang layar televisi, Aku rubah posisi kaki sehingga menyilang lagi. Betis Aku akan terlihat jelas, dan Ivan jadi pucat. Kemudian, seolah-olah gerakan yang normal, Aku menarik sedikit bagian bawah gamis hingga kedua lutut Aku terlihat dan menggaruk-garuk lutut Aku seolah-olah gatal, sambil tetap memandang televisi. Aku lirik, Ivan, dengan muka yang pucat mencuri-curi pandang ke lutut Aku, dan ia tak berani memandang Aku secara langsung.


Sesudah ada satu menit menggaruk dan mengusap lutut dan betis, Aku hentikan gerakan itu, tapi seolah-olah lupa untuk menurunkan gamis (gaun panjang) Aku, dan tetap tersingkap hingga sedikit di bawah lutut. Karena gamis yang Aku pakai terbuat dari bahan kaus, lumayan juga tercetak bentuk badan Aku terutama di daerah paha dan pinggul. Ivan sudah tak tenang duduk. Aku bayangkan, dia mesti sudah merasa berdesir-desir di kemaluannya. Mungkin juga sudah mulai mengeras. Maklum kan ABG cepat bereaksi. Aku sendiri juga rasa berdebar dan hangat.


Ah, Aku buat apa lagi ya? “Ah bosen, Coba tante liat ada program lain yang bagus nggak di televisi”, kata Aku. Karena remote televisi rusak, Aku berdidi dan jalan ke depan televisi dan membelakangi Ivan. Dia cuma 1 m duduk di belakang Aku. Kemudian masih berdiri Aku membungkuk dan merubah-rubah chanel televisi.



Pantat Aku benar-benar hanya 5cm dari dia. Aku daapt mendengar dengusan nafasnya yang tertahan-tahan. Pinggul, pantat dan pinggang Aku pasti tercetak di balik gaun panjang putih yang Aku pakai, apalagi Aku memposisikan kaki Aku agak melebar. Aku tak tahu apakah cahaya televisi akan membuat pinggang Aku menerawang dari posisi Ivan. Untuk variasi Aku kemudian letak lutut di lantai dan nungging seolah cari sesuatu di kolong meja televisi. “Kemana ya remotenya” kata Aku, padahal remote memang rusak dan ada di atas meja makan. Aku yakin Ivan mesti mau copot jantungnya melihat pinggul Aku yang nungging itu.



Sambil nungging Aku mikir apa lagi nih. Aku yang juga merasa ada rangsangan ingin mencoba lebih jauh lagi. Aku berbalik memandang Ivan, sperti jongkok, tapi lutut Aku yang satu ke lantai, jadi tampak feminin. 



Aku hati-hati supaya paha dalam Aku tak tersingkap, tapi Aku pastikan lutut dan semua betis Aku terekspose. “Ivan, tante kurang fit, mau tiduran dulu, kamu nonton aja sampai Wahyu pulang”. Ivan tampak serba salah dengan posisi Aku. “Ya tante” katanya gagap-gagap. “Ah, tante mau kencing dulu”, heran juga kenapa Aku sampai ngomong gitu, mungkin terbawa suasana. Aku ke kamar mandi dekat dapur yang pintu bawahnya sudah rusak dan ada celah.


Aku yakin, dari pengalaman sebelumnya, Ivan akan mengintip Aku dari celah bawah pintu. Aku kencing duduk di toilet. Aku lihat bayangan Ivan di dekat pintu, tapi dari posisi itu dia hanya akan dapat melihat hingga betis saja. 


Celana dalam yang Aku turunkan ke bawah mesti dapat dia lihat. Suara serrr….. kencing Aku mestinya membuat dia tambah terangsang. Aku cebok dan cuci bagian kemaluan Aku dengan sabun wangi. Aku lap dengan handuk dan memakai celana dalam lagi. Bayangan Ivan sudah tak tampak.


Sewaktu Aku keluar toilet, Ivan sudah duduk semula. tapi Aku tahu, bagian kemaluan dia mesti sudah membengkak karena rangsangan. “Tante tidur dulu ya, pusing dan ngantuk, mungkin karena obat” kata Aku bohong sambil masuk kamar.


Pintu Aku rapatkan tapi tidak Aku tutup, jadi masih ada celah. Aku berpikir ada kemungkinan Ivan mungkin mengintip Aku sewaktu dia merasa Aku sudah tidur. Entah, Aku pun berharap begitu juga. 



Aku mersa hangat di seluruh tubuh dan desiran darah yang kencang. Daerah kemaluan Aku terasa berdesir-desir. Ok, Aku akan akting seolah tidur. Denagn gerak cepat Aku lepaskan Bra Aku dan merapikan baju kembali. Susu Aku tidak besar, sedang saja, tapi dengan bahan kaus, pentil Aku mesti tercetak juga. Beberapa kancing bawah Aku lepas, jadi gaun gamis Aku dapat tersibak sampai lutut. kancing atas Aku buka dua biji, sehingga daerah di antara dua susu akan terekspose.



Kemudian Aku berbaring di tempat tidur, terlentang dengan kedua kaki Aku buka sedikit. kaki Aku menghadap pintu jadi kalau Ivan mengintip bagian paha Aku juga akan tampak sedikit. Tudung labuh yang Aku pakai bagian bawahnya Aku naikkan ke atas untuk menutup muka. Jadi muka Aku tertutp hingga sedikit di bawah mata. Karena kain tudung tidak tebal, Aku dapat melihat jelas dari balik kain Aku. Leher dan bagian depan dada Aku jadi terekspose walau tidak banyak. Dan Aku naikkan tangan kemuka seolah-olah melindungi mata.



Lama juga bermenit-menit Aku menunggu, mengharap Ivan mengintip, atau malah masuk? Seronok juga Aku membayangkan itu. Supaya tampak telah tertidur, Aku pura-pura mengorok lembut. Mungkin itu tanda-tanda yang ditunggu Ivan. Pintu tampak bergerak dan dia memandang dari balik celah pintu. 



Dari ujung kaki ke pintu jarak hanya 2 meter aja. Sekitar 5 menit kemudian, Ivan masuk dan berdiri di pinggir ranjang dekat kaki Aku. Dari balik kain tudung dan dari sela-sela tangan, Aku dapat melihat Ivan tanpa dia sadar bahwa Aku tahu semua gerak-geriknya. Pandangannya tertuju ke tubuh Aku. Cetak pentil Aku dia pandangi dan yang sangat menarik perhatiannya adalah pemandangan yang di bawah. Pucat dan tampak Ivan agak bergetar badannya, dan yang Aku tak tahan dan berdesir adalah dia sekali-kali meremas dan menekan bagian depan celananya.Ohhhh, apa dia akan onani di depan Aku sambil memandangi tubuh Aku. Aku pura-pura mengorok perlahan.



Ya ampun, Ivan semakin mendekat dan sudah hampir menyentuh tepi ranjang. Dan ahhh, dia membungkuk dan berlutut di tepi ranjang. Dia sentuh dan goyang sedikit kaki Aku, dan panggil nama Aku dengan lembut ” tante-tante, sudah tidur ya..?”. Tiada respon dari Aku dan membuat Ivan lebih berani. Mukanya mendekat, dan kini muka dia sudah di daerah lutut Aku. Oh, nafasnya terasa di kulit Aku. Dia pasti dapat melihat celana dalam g-string Aku. Aku sendiri sudah berdebar nggak keruan, daerah di anatra kedua paah Aku terasa berdesir dan hangat nikmat. “Aduh, putihnya kulit paha tante” desahnya lebih berani kaerna dia sangka Aku tidur akibat pengaruh obat.



Perlahan-lahan dia buka kancing gamis Aku hingga kancing yang di dekat perut. Daerah di bawah perut sekarang terbuka, dan Ivan menyibakkan gaun bagian bawah Aku. Dan oh, beraninya dia, kini dia mendekatkan hidungnya ke depan celana dalam Aku, ya ampun mesti dia bisa mencium aroma Aku di situ. Dengan satu tangan menopang di atas ranjang dia menekan lembut hidung dan mulutnya ke celana dalam Aku tepat di depan bibir kemaluan. Kenikmatan dan kegatalan terasa menerpa daerah itu. Panasnya nafas Ivan yang tersendat terasa pada sekitar kemaluan Aku. 



Hidung dan bibirnya menekan lembut. Ah beraninya dia. Samar Aku terdengar suara resleting dibuka, oh dari celah tangan yang menutup muka, Aku lihat Ivan mengangkat badan, dan membuka releting dan bagian depan celananya. Tangannya merogoh ke dalam celana dalamnya dan mengeluarkan Penis kemaluannya. Ya ampun, Penisnya bukan hanya keras, kemerahan di bagian kepalanya, tetapi juga sudah ada basah-basah cairan bening di bagian ujung lubangnya. Tak terasa cairan nikmat Aku juga merembes sedikit danmembasahi g-string Aku. Aku lihat Ivan meremas-remas Penisnya yang menyembul keluar dari cd-nya. Tampak cairan bening merembes.



Dan ah, terasa tangan Ivan lembut mengangkangkan kaki Aku, membuka sedikit demi sedikit. Ahhh, Aku pura-pura mengelu dalam tidur, dan tidak mencegah. Aku masih pura-pura mendengkur, dan dengkuran itu juga berguna untuk menutupi nafas Aku yang juga terengah. 


Aku biarkan kaki Aku terbuka dan terasa dingin di bagian selangkangan karena g-string yang hanya sedikit menutupi bagian vagina Aku. Ivan terpana melihat selangkangan Aku. Nafasnya terdengar memburu. Dengan posisi paha yang membuka, daerah tepi kemaluan Aku akan terpampang jelas karena kain g-string yang memang minim menutup daerah itu. Dan ke bawah sedikit memang cuma seperti tali saja yang menutup daerah lubang dubur.


Posisi mengangkang dan dipandang seperti itu menambah detak rangsangan. Dan terasa ada lagi cairan merembes keluar dari kemalan Aku. Aku malu, tapi juga suka, nikmat, campur menjadi satu. jalur g-string terasa melesak dan membelah dubur Aku dan terus melesak masuk di antara kedua bibir vagina. 


Ivan pasti dapat melihat jelas bibir kiri dan kanan vagina Aku, juga tonjolan Penis kelentit Aku dari balik kain kecil sutra tipis g-string di daerah atas bibir vagina. Ada goncangan, Aku rasa pasti dia sedang mengocok Penisnya sendiri. Tangan yang satu lagi mengelus-elus rambut di bibir vagina Aku. Sekali-kali dia tekan Penis kelentit Aku dan juga kacang kelentit di ujungnya.

Kenikmatan mulai melanda Aku. Ah, terasa panas nafas Ivan, dan ah lidahnya mengelus bibir vagina dan membasahi rambut vagina Aku. Ah, pasti lidahnya dapat merasakan asinnya cairan nikmat yang terus merembes keluar dari liang memik Aku. 


Tangannya pun mengusap celah di antara kedua bibir dengan menelusupkan jarinya kebalik tali dan kain tipis celana dalam Aku, masuk sedikit tapi Ivan tak berani meneruskan menusukkan jarinya masuk. Dan memain-mainkan dengan lembut ujung jarinya di lubang vagina Aku yang sudah banjir sambil sekali-kali menjilat daerah itu.


Tiba-tiba Aku dengar Ivan mengejang dan goncangan Aku rasakan karena kocokannya semakin menggila di Penis kemaluannya. Dengan nafas tersekat, Ivan mengerang kecil, dan ya ampun Aku rasakan ada cairan hangat jatuh ke betis Aku beberapa kali. 


Ah, air mani Ivan pasti. Dan puncak nikmat Ivan membuatnya tak terasa melesakkan jari telunjuknya masuk ke dalam lubang Aku. Ah, semua itu menyebabkan ledakkan nikmat yang luar biasa di dasar lubang Aku, menuju ke kelentit dan menyebar ke semua daerah bibir vagina. Perasaaan panas hangat menjalar ke seluruh tubuh Aku, dan erangan Aku daapt Aku tutupi seolah Aku mendengkur. 

Aku mati-matian menahan diri untuk tidak gemetaran. Hampir satu menit Aku menahan gejolak dan secaar perlahan Aku seolah-oleh sambil tidur Aku luruskan kaki. Ivan terkejut tampaknya melihat Aku bergerak tapi tampak lega karena Aku ternyata tetap terlihat tidur.


Penisnya yang basah dengan air mani tidak dia lap lagi dan langsung dia masukan kedalam cd-nya dan merapihkan celananya. Perlahan dia lap mani yang tercecer di kasur dan betis Aku dengan ujung kaos t-shir yang dia pakai. 


Dia kancingkan lagi gaun gamis Aku seperti semula. Berjingkat dia keluar kamar Aku dengan rasa puas dan lega yang terpancar di mukanya. 
Kelegaan yang sama juga Aku rasakan. Ah malunya dia telah melihat Aku dalam posisi terkangkang, dan dapat melihat, menyentuh dan merasakan daerah kemaluan Aku, walau masih memakai celana dalamku. 

Tapi kenikmatan yang Aku rasakan rasanya boleh juga, lagipula Aku kan ceritanya sedang tidur nyenyak, jadi martabat Aku nggak terlalu turun. Soal dia bisa melihat daerah kemaluan Aku……, ah biarlah, dia kan sudah biasa liat porno-porno di internet. Kalau Aku nanti ketemu dia lagi, ah anggap saja tidak ada apa yang terjadi. Aku segera lelap tertidur karena lega dan lelah.



Komentar